Skip to main content
Kisah Cinta Inggit Garnasih dan Soekarno, H Sanusi Rela Lepaskan Istri Demi Dinikahi Pria Lain

Kisah Cinta Inggit Garnasih dan Soekarno, H Sanusi Rela Lepaskan Istri Demi Dinikahi Pria Lain

Kisah Cinta Inggit Garnasih dan Soekarno, H Sanusi Rela Lepaskan Istri Demi Dinikahi Pria Lain

Mantan istri Soekarno, Inggit Garnasih memang tak sepopuler Fatmawati yang merupakan sosok ibu negara pertama Indonesia.

Namun, Inggit orang yang mendampingi Soekarno pada masa-masa muda dan susah.

Ia juga menjadi orang yang berperan mengantarkan Presiden Indonesia pertama itu ke gerbang kemerdekaan.

Kisah cinta Soekarno dan Inggit Garnasih pun cukup terbilang pelik.

Keduanya jatuh cinta saat masing-masing dari mereka telah memiliki istri dan suami.

Inggit yang sebelumnya sudah dipersunting oleh Nata Atmaja, menikah lagi dengan Haji Sanusi, seorang pengusaha yang juga aktif di Sarekat Islam.

Dalam pernikahannya itulah ia mengenal sosok Soekarno.

Pernikahan Inggit dan Haji Sanusi semula berjalan baik-baik saja, sampai akhirnya Soekarno datang.

Halaman Selanjutnya

Inggit memang kerap ditinggal oleh Haji Sanusi karena terlalu sibuk.

Pada waktu itu, Soekarno sebenarnya sudah memiliki istri, yaitu Siti Oetari.

Namun, rasa cinta Soekarno kepada Oetari lebih condong seperti cinta kepada saudara.

Soekarno akhirnya menceraikan Oetari, begitu pula Inggit.

Akhirnya, Inggit dan Soekarno pun menikah di rumah orang tua Inggit di Bandung. 

Inggit Garnasih selalu setia menemani setiap jengkal kehidupan Soekarno dalam proses pendewasaan.

Inggit bisa jadi tak merasakan kemewahan seperti halnya bersama Sanusi, suami dia sebelumnya yang merupakan pengusaha mebel.

Ketika Soekarno ditangkap di Yogyakarta, 29 Desember 1929, Inggit tidak pernah lelah memberikan semangatnya kepada Soekarno.

Selain itu, selama Soekarno dibui, ia juga berperan sebagai perantara agar suaminya tersebut dapat terus berhubungan dengan para aktivis pergerakan nasional lainnya.

Kisah cinta keduanya tampak sangat indah, sebelum akhirnya Soekarno bertemu dengan Fatmawati sewaktu ia menjalani pembuangan ke Ende, Flores, tahun 1933.

Setelah bebas, tahun 1942, Soekarno meminta izin kepada Inggit untuk menikahi Fatmawati.

Permintaan tersebut lantas ditolak mentah-mentah oleh Inggit.

Ia tidak ingin dimadu.

Akhirnya, Soekarno dan Inggit memutuskan untuk bercerai. 

Perpisahan Inggit dan Soekarno pun bak "tragedi" dalam sejarah.

Inggit melakoni peran istri yang nyaris sempurna untuk Bung Karno.

Ia adalah sosok teman, ibu, dan istri untuk suaminya.

Hanya satu yang tidak bisa dilakukan Inggit, yakni memberi Bung Karno keturunan.

Saat Soekarno menikah dengan Fatmawati, Inggit kembali ke Bandung, namun rasa cintanya kepada Soekarno seolah tetap tinggal.

Inggit tidak mengeluh dan tidak menangis.

Saat Sukarno wafat di Jakarta pada 21 Juni 1970 Inggit bergegas menuju ke Jakarta, ke Wisma Yaso, rumah duka mantan suaminya itu.

Di samping jasad Sukarno, Inggit berucap dalam bahasa Sunda diiringi isak tangis yang sedikit tertahan.

Inggit sudah sejak lama memaafkan Sukarno, seperti yang terucap saat pertemuan mereka di Bandung pada 1960 itu.

Inggit memberikan maafnya juga kepada Fatmawati yang menemuinya pada 7 Februari 1984 dengan mediasi Ali Sadikin.

Kurang dari 2 bulan setelah perjumpaan penuh haru itu, Inggit meninggal dunia.

Inggit Garnasih, istri terkasih Sukarno yang setia menyertainya dalam kondisi apapun wafat pada 13 April 1984.

Halaman Awal