Skip to main content
Baru 8 Hari Nikah, Wanita Ini Diceraikan Suami yang Gangguan Mental, Ditalak Gegara Cara Cuci Beras

Baru 8 Hari Nikah, Wanita Ini Diceraikan Suami yang Gangguan Mental, Ditalak Gegara Cara Cuci Beras

Baru 8 Hari Nikah, Wanita Ini Diceraikan Suami yang Gangguan Mental, Ditalak Gegara Cara Cuci Beras

Seorang wanita yang mengaku bernama Eka Rufaedah membagikan kisah pilu pernikahannya.

Eka Rufaedah diceraikan suami saat pernikahannya baru berusia 8 hari.

Ia ditalak satu di antara karena perkara cara mencuci beras. 

Kisah yang dibagikan oleh Eka Rufaedah di akun Twitternya pun viral.

Melalui sebuah utas, Eka Rufaedah membagikan pengalaman pahit rumah tangganya yang berumur hitungan hari.

Kisah Eka Rufaedah rupanya memancing emosi warganet.

Lantas siapa Eka Rufaedah?

Tidak banyak informasi yang memuat siapa sebenarnya sosok Eka Rufaedah.

Halaman Selanjutnya

Hanya ada foto yang Eka bagikan di akun Twitter @EkaRufaedah yang menampilkan dirinya bersama suami yang diceritakan.

Eka hanya menjelaskan siapa pria yang dinikahinya berserta bagaimana cara ia kenalan dengannya.

Namun, kisahnya dengan sang suami justru menarik perhatian.

Banyak yang tidak membenarkan sikap suami Eka yang dinilai kasar dan seenaknya.

 Bahkan Eka Rufaedah ditalak setelah 8 hari menikah karena masalah yang dianggap cukup sepele.

Satu di antara penyebabnya adalah karena suaminya yang menderita OCD, semacam gangguan mental.

Bagaimana cerita lengkapnya? Simak di artikel berikut ini.

Cerita ini dibagikan Eka Rufaedah pada 21 April 2022 lalu di akun @EkaRufaedah

Mulanya Eka menceritakan awal mula pertemuannya dengan sang mantan suami.

* Aku menikah dengan seorang Dosen bergelar doktor pada sebuah kampus swasta di jakarta. Kami menikah pada tanggal 06 maret 2022, Namun pada tanggal 14 maret dia menceraikan aku. Alasannya? Sangat sepele. Berawal dari pakaian ku tidak sengaja mengenai nasi yang akan dia makan

Aku mengenalnya dengan cara taaruf.

Pada tanggal 26 februari sebuah CV taaruf masuk melalui email ku.

Dan keesokan harinya pada tanggal 27 februari kami nadzor (bertemu).

Saat bertemu aku mengajak salah seorang teman ku, dan dia mengajak kedua orang tua beserta adik-adiknya.

Hal tersebutlah yang membuat ku yakin bahwa dia adalah pria baik-baik.

Ku ketahui dari CV yang ia berikan padaku, bahwa ia adalah seorang tenaga pengajar profesional pada sebuah universitas swasta di jakarta.

Dan yang menariknya, ia adalah lulusan dengan predikat cumlaude, dan tentunya dengan banyak sekali prestasi. Terbukti dari banyaknya karya tulis yang telah dibukukan dan dijual banyak di pasaran..

Saat momen pertemuan pertama kami, ku ajak dia dan keluarganya untuk langsung bertemu orang tua ku di rumah.

Dari pertemuan tersebut, orang tua pria meminta proses pernikahan dilangsungkan dengan cepat.

Maka di putuskanlah, kami melangsungkan lamaran pada tanggal 6 maret.

Dan akad nikah pada tanggal 13 maret di rumahku,

Sedang untuk resepsi rencananya akan dilangsungkan di kota tempat dia tinggal pada tanggal 20 maret.

Mengingat biaya resepsi dia yang menanggung seluruhnya.

Namun ternyata dari pihak pria meminta ku setelah lamaran untuk stay di karawang sampai menjelang akad.

Mengingat aku yang harus fitting pakaian dan juga technical meeting di lokasi kami melangsungkan pernikahan nanti.

Saat itu ada sebuah ke khawatiran dari ku sebagai perempuan jika harus stay di tempat pria.

Meski selama di sana aku akan tinggal di rumah calon mertua.

Sedangkan calon suami ku sendiri sudah memiliki rumah.

Dan untuk menghindari hal buruk, setelah lamaran maka dilangsungkan akad nikah secara agama yakni tanggal 6 maret 2022.

Usai lamaran dan akad, aku dibawa oleh suami untuk tinggal sementara di rumah mertua. Rencana semula, aku tinggal di rumah mertua satu pekan sampai resepsi

Namun tanggal 7 yakni senin malam mertua ku mengizinkan aku untuk tinggal di rumah dia, lelaki yang sudah sah menjadi suami ku..

Senang rasanya serumah dengan suami.

Sejak saat itu aku mencari tau hal apa yang ia suka dan tidak ia suka.

Melakukan beragam hal yang saat itu ku fikir dapat menyenangkan hatinya.

Dan setiap malam dia selalu meminta ku memijat kakinya hingga subuh. (Serius)

keesokan harinya di tanggal 8 aku mengetahui suatu hal, yakni ternyata suamiku ini OCD, dan bagiku itu bukanlah hal yang aneh Dan tidak masalah untuk ku. Dan aku merasa biasa saja.

Terlihat dari pola hidup dia yang harus serba steril, tidak boleh menyentuh barang sembarangan, dll

Sejak aku tinggal serumah dengannya, ku ketahui dia adalah seorang yang sangat tempramental dan tidak dapat mengatur emosi.

Saat sore hari ditanggal 8, sambil mencabuti uban di kepalanya, ku coba sampaikan agar dia menemui seorang psikolog untuk konsultasi, namun dia menolak.

Seketika itu dia marah, dia bilang nasinya udah gak bisa dimakan.

Aku yang sudah kelelahan, ditambah kurang tidur sejak awal satu rumah dengannya, mendengar dia marah hanya karena nasi yang kena pakaian, maka aku pun ngambek.

Ku diamkan dia.

Dia tidak Terima dengan aku yang mendiamkannya.

Lalu dia membentak ku, dan menyuruh ku untuk segera minta maaf.

Aku pun meminta maaf padanya.

Tidak lama setelah aku minta maaf, dia memesan makanan secara online, dan makan tanpa menghiraukan aku yang saat itu sedang menangis.

Saat dia selesai makan, ternyata air minum habis. Dia telepon adiknya yang berada di rumah untuk membelikan air minum. Namun setelah menunggu hampir 1 jam, air minum dari adiknya ini tidak juga kunjung datang.

Aku putuskanlah untuk ke minimarket membeli air

"Bang aku ke alfamart mau beli air" Ucapku pada dia.

Namun ternyata dia malah membentak ku, "siapa yang nyuruh kamu ke alfamart, diem kamu disitu"

Aku pun nurut, diem. Tidak jadi beli air

Tapi aku yang saat itu merasa kasihan, karena dia harus minum. Ku putuskan untuk ke alfamart. Dia pun tau

Selesai dari alfamart, dia semakin emosi, nada suaranya semakin meninggi

"Bang tolong lah jangan teriak-teriak, malu bang di denger orang"

"Gua emang gak tau malu, kenapa?!"

Aku yang saat itu kaget, kepala ku pun sudah sangat pusing, di tambah saat itu aku menangis tanpa henti, ku katakan padanya "aku ingin pulang aja"

Dan dia menjawab, "silahkan pulang sana"

Sore harinya di hari sabtu tanggal 12 dia sudah dibolehkan pulang oleh dokter.

Lalu orang tuanya menjemput dia ke klinik.

Aku yang saat itu kondisinya masih menangis, langsung di tenangkan oleh orang tuanya.

"Sabar ya ka, arief memang begitu, harus sabar kitanya"

Aku yang saat itu sudah sangat pusing, ditambah menangis tanpa henti, aku bilang padanya, "Aku mau pulang aja, capek dari awal satu rumah di bentak terus"

Dan dia menjawab, "sana pulang!"

Karena kondisi dia yang belum stabil, maka mertua ku meminta kami untuk pulang ke rumahnya.

Di rumah mertua ku sampaikan pada mertua aku ingin istirahat duluan dengan alasan agak lelah.

Namun sebetulnya karena aku masih ingin menangis.

Rasanya sakit hati sekali di bentak sedemikian rupa.

Keesokan harinya, sekitar pukul 3 dini hari, yakni hari minggu. saat itu aku baru selesai tahajud dan dia terbangun.

Dia bilang padaku, "katanya mau pulang, mana? Masih aja ada disini. Ayo sana pulang"

Seketika itu juga aku menangis kembali. Yaa rabb, kenapa aku bisa menikah dengan pria seperti ini...

Pagi harinya sekitar jam 07, aku diajak mertua untuk menikmati pagi di rooftop rumah mertua bersama dia.

Ku pijit bahu dia, semoga suasana kami segera membaik fikirku.

Sekitar jam 8 pagi kami pamit untuk pulang ke rumah. Selama di perjalanan pulang ke rumah dia tak ada yang aneh.

Sesampainya dirumah, dia mengajakku untuk ke tempat laundry.

Sebelum ke tempat laundry dia memesan makanan terlebih dahulu karena dia sudah lapar, saat itu sekitar pukul 10.30.

"Bang aku mau pesen makan juga ya, tadi pagi aku gak sarapan"

Namun dia tidak mengizinkan aku untuk memesan makanan, "nanti aja pesannya pas jam makan siang, sekarang kita ke tempat laundry dulu"

Selesai dia makan, berangkatlah kami ke tempat laundry.

Dia menyuruh ku pulang menggunakan bis, tanpa dia antar.

Aku pun berkemas.

Saat pulang dari rumahnya menggunakan bis, aku membawa box container besar, tas ransel, dan tas selempang bberisi pakaian dan barang-barang ku.

Sepanjang perjalanan aku menangis dan bingung rasanya.

Untuk pulang ke rumah orang tuaku, aku tak berani.

Tepat saat itu seorang teman menelpon ku, karna kondisinya ku sedang menangis, dia menanyakan apa yang terjadi.

Ku bercerita padanya apa yang terjadi dengan ku.

Teman ku kaget, lalu dia menjemput ku di terminal leuwipanjang.

Aku pun pulang ke rumahnya.

Keesokan harinya, di hari selasa dia mengirim chat whatsapp berisikan pernyataan bahwa dia menceraikan aku, dia memberi ku talak 1.

Rasanya semakin runtuh langit-langit yang ada diatas kepala ku ini.

Sore harinya di hari selasa tanggal 15 ku putuskan untuk pulang ke rumah, di antar oleh sahabat ku.

Ku minta pada sahabat ku untuk menjelaskan apa yang terjadi pada ku. Karena aku tak sanggup menyampaikannya pada kedua orang tuaku, yakni umi dan Bapak.

Bapak yang mendengar itu sangat kecewa. Bapak memutuskan untuk mendatangi rumah dia dan orang tuanya.

Lalu, dimalam harinya ku hubungi dia. Ku sampaikan terkait keinginan orang tua ku untuk bertemu dengan dia dan keluarganya.

Namun dia keberatan, lebih tepatnya dia takut.

Dia takut jika keluarga ku akan membawa hal ini ke jalur hukum, dia takut jika keluarga ku akan memperkarakan ini semua.

Keesokan harinya, di hari rabu tanggal 16 dia meminta ku untuk rujuk.

Ku sampaikan pada bapak. Bapak setuju untuk aku rujuk.

Karena sebetulnya bapak malu dengan aku yang di ceraikan dalam waktu sangat singkat, hingga akhirnya bapak memilih untuk aku rujuk.

Aku setuju untuk rujuk.

Dia menyuruhku untuk segera pulang ke rumahnya.

Aku pun pulang ke rumahnya, tanpa di jemput. Kembali naik bis dengan membawa barang sangat banyak sendirian.

Saat turun bis, aku sempat meminta dia untuk menjemput ku.

Ku coba mengirim pesan whatsapp namun tidak dibalas. Ku coba telepon tidak di angkat.

Padahal saat dia sedang online.

Lalu ku putuskan untuk naik taksi online.

Sesampainya di rumah dia, sama sekali dia tidak menyapa ku.

Dia tiduran di kamar.

Lalu dari dalam kamar dia menyuruh ku untuk meletakkan barang di luar, jangan dibawa masuk.

Saat itu aku berusaha memakluminya..

Pada saat tengah malam, aku beranikan diri untuk membuka HP miliknya. Saat itu ku baca pesan yang dia kirimkan pada adiknya yang berisikan "males gua tau si eka balik lagi ke sini, jijik"

Aku yang membaca itu rasanya sakit hati sekali.

Ku ketahui juga dari galeri HP miliknya, ada foto dia bersama perempuan lain yang ternyata itu adalah mahasiswanya.

Foto berpelukan, foto cium pipi, dan foto lainnya.

Saat itu aku sudah tak bisa berfikir apapun.

Keesokan harinya, tanggal 17 dia mengajakku untuk menemui notaris dan menandatangani surat pisah harta.

Selama aku kembali pulang ke rumahnya, sama sekali dia tidak mengajakku bicara. Bahkan untuk makan pun dia sudah tidak menawariku makan.

Lalu pasword wifi yang tiba-tiba dia ubah.

Aku coba untuk tetap tenang, dan terus berdoa semoga Allah melembutkan hatinya

Di tanggal 19 dia menyampaikan padaku, bahwa dia dan aku akan meresmikan pernikahan secara KUA pekan depan.

Namun setelah sah secara KUA dia meminta ku untuk segera menggugat cerai.

"Aku gak mau cerai bang, pernikahan ini bukan mainan. Gak bisa abang main cerai lalu rujuk, lalu cerai kembali"

Kataku pada dia.

"Justru karena ini bukan permainan, saya mau cerai dari kamu. Saya tuh gak cinta sama kamu, dan inget ya meski saya rujuk kembali sama kamu, saya tidak akan memberi kamu nafkah batin"

Aku yang mendengar itu hanya bisa menangis.

Hingga keesokan harinya, dari pagi aku mencoba menelpon teman-teman ku, aku butuh tempat bicara.

Dia yang mengetahui itu, marah padaku.

Lalu dia menyuruh ku untuk berkemas. Dia tidak ingin melihat ku di rumahnya.

Aku yang siang itu baru selesai mencuci pakaian secara manual, biasanya kami melaundry pakaian, dan karena mesin cuci di rumah dia rusak.

Ku bilang padanya, bahwa pakaian ku masih basah.

"Masukin ke kantong plastik aja bajunya, yang penting kamu sekarang pulang"

Aku tetap tidak mau pulang, lalu dia bilang "saya usir kamu sekarang juga, dan saya talak kamu sekarang. Kita sudah tidak sah sebagai suami istri"

Ku ambil mukena di kamar untuk menutup aurat, karena talak sudah dia jatuhkan kembali padaku.

Dan kembali dia bilang bahwa dia mengusir ku dari rumahnya.

Ku rapihkan kembali barang-barang ku.

Ku katakan padanya untuk mengembalikan aku pada orang tuaku, namun dia menolak.

Ku angkut semua barang-barang ku menggunakan box container, lalu di atas box ku simpan pakaian basah yang sudah ku masukan kedalam kantong plastik.

Ku angkut semuanya sendiri tanpa dia bantu.

Dan dia hanya mengantarkan aku sampai bertemu bis primajasa jurusan Cikarang-Bandung.

Sedih rasanya nasib pernikahan ku seperti ini, dan tidak pernah terbayang sama sekali sebelumnya.

Dia pun meminta ku untuk tidak menceritakan apa yang terjadi pada orang lain, dan jika aku tetap menceritakannya dia akan membawa hal ini ke tanah hukum. 

Halaman Awal