Skip to main content
Dicemooh Tak Berguna, Ternyata Segini Gaji Rara Pawang Hujan MotoGP Mandalika Sehari, Fantastis

Dicemooh Tak Berguna, Ternyata Segini Gaji Rara Pawang Hujan MotoGP Mandalika Sehari, Fantastis

Dicemooh Tak Berguna, Ternyata Segini Gaji Rara Pawang Hujan MotoGP Mandalika Sehari, Fantastis

Tak hanya di Indonesia, masyarakat dunia pun heboh menonton gelaran MotoGP Mandalika.

Bukan hanya karena balapan motor paling bergengsi di dunia itu yang menyita perhatian.

Tetapi tidak lain dan tidak bukan adalah aksi pawang hujan di Sirkuit Mandalika.

Hanya di Indonesia, hujan 'diusir' oleh manusia melalui ritual yang menyedot perhatian masyarakat.

Hal ini tidak lepas dari kultur masyarakat Indonesia, dengan kearifan lokalnya.

Terlepas pro dan kontra atas aksi pawang hujan itu, namun sosok Rara, perempuan yang melakukan ritualnya, membuat penasaran.

Banyak video memperlihatkan Rara Istiani Wulandari turun ke sirkuit.

Dia membawa wadah seperti mangkok berwarna emas dan tongkat kecil yang diputar mengelilingi mangkuk.

Halaman Selanjutnya

Rara lantas disebut-sebut berhasil mengendalikan hujan.

Akun resmi Instagram MotoGP bahkan berterima kasih atas apa yang dilakukan Rara saat event berlangsung.

Dilansir Kompas TV, Rara sudah sangat populer sebagai pawang hujan yang punya segudang pengalaman.

Tidak hanya di MotoGP Mandalika, ia juga pernah diminta menjadi pawang hujan di Opening Asian Games 2018.

Wanita 38 tahun itu ternyata menerima bayaran yang fantastis.

Ditemui di tendanya di area Sirkuit Internasional Mandalika di sebelah utara, Rara tak sungkan menyebut bayarannya.

“Saya dibayar Rp5 juta sehari,” sahutnya.

Selama gelaran event MotoGP di Mandalika, Rara telah bekerja jauh-jauh hari sejak tanggal 1 Maret.

Terhitung, ia bekerja selama 21 hari untuk memastikan gelaran balap motor dunia itu lancar dari cuaca yang tak terduga.

Total bayaran yang ia dapat pun tembus 3 digit yaitu Rp 105 juta.

Meski begitu pekerjaannya mengharuskan Rara tak tidur siang dan malam.

“Ya kerjanya ya lek-lekan (tidak tidur) siang malem,” ujarnya serius.

Menjadi pawang hujan tak berarti Rara hanya mengusir hujan semata.

Ia juga harus bertugas mendatangkan hujan.

“Karena memang programnya, aspal tidak boleh terlalu panas.

Kan agar agregat (aspalnya) tidak mengelupas, kita harus di bawah 50 derajat Celsius.

Waktu pagi itu diminta untuk cerah ceria, sedikit gerimis,” urainya. 

Selama event yang berlangsung selama tiga hari itu, ia berhasil ‘mengusir’ hujan.

Namun, hal itu ternyata membawa efek yang tak diinginkan pada aspal sirkuit. 

“Kenyataannya, waktu pre-season tiga hari, cuaca baik, cerah, tapi efeknya di aspal,” ujarnya.

Akibat tak ada hujan, aspal Sirkuit Mandalika mengelupas, hingga perlu diaspal ulang.

Kini, saat event MotoGP Mandalika berlangsung, ia mengaku menyesuaikan diri dengan permintaan pihak penyelenggara.

Rara tak hanya bertugas mengusir hujan, tetapi juga mendatangkannya.

“Sekarang, saya mengikuti (permintaan) pihak aspal, (aspal) harus sedikit basah.

Hari pertama, Jumat tanggal 18 (Maret), drizzling, gerimis paginya,” urainya.

Terkait cemoohan yang menyebut profesinya tak berguna lantaran hujan tetap

turun mengguyur saat event MotoGP Mandalika, ia mengaku tak mempermasalahkannya.

“Saya nggak masalah. Sejak awal, saya melayani untuk Indonesia,” tandas wanita asal Bali itu.

Halaman Awal