Skip to main content
Sumber Uang Jusuf Hamka Dikulik, Raffi Ahmad & Nagita Slavina Syok Tahu Biaya Pembangunan Jalan Tol

Sumber Uang Jusuf Hamka Dikulik, Raffi Ahmad & Nagita Slavina Syok Tahu Biaya Pembangunan Jalan Tol


 Presenter Raffi Ahmad dan sang istri, Nagita Slavina menemui pengusaha Jusuf Hamka yang namanya sempat viral terkait kredit pada bank syariah.

Orangtua Rafathar pun mengulik satu sumber uang Jusuf Hamka yakni bisnis jalan tol.

Kesempatan bertemu Jusuf Hamka itu membuat Raffi Ahmad lantas ingin tahu banyak tentang bisnis jalan tol.

Lewat kanal YouTube Rans Entertaiment pada Sabtu (7/8/2021), Jusuf Hamka dengan senang hati membeberkan semuanya pada Raffi Ahmad.

Jusuf Hamka menyebut bisnis jalan tol harus memiliki modal yang banyak.

Pasalnya, satu kilometer jalan tol biayanya bisa mencapai Rp 700 miliar.

"Memang bisnis jalan tol ini ngeri-ngeri sedap, ini padat modal, selain padat karya," ujar Jusuf Hamka.

"Satu kilometer kalau elevated yang di atas, landed yang di bawah, kalau yang landed itu Rp 500 miliar sampai Rp 700 miliar," imbuhnya.

Mendengar pengakuan Jusuf Hamka, Raffi Ahmad langsung tercengang hingga pura-pura pingsan.

Raffi Ahmad langsung bertanya pada Nagita Slavina untuk menggeluti bisnis jalan tol.

Nagita Slavina hanya terbahak-bahak mendengar pertanyaan dari Raffi Ahmad.

"Widih, aduh saya pusing. Gimana sayang?," tanya Raffi Ahmad.

Tak berhenti di situ saja, Jusuf Hamka juga blak-blakan mengungkapkan biaya pembuatan jalan tol dari pelabuhan Tanjung Priok hingga Pluit di Jakarta.

"Kalau yang elevated kita mau bangun darti Tanjung Priok sampai Pluit itu 9,6 kilometer, investasinya Rp 16 triliun," tutur Jusuf Hamka.

"Jadi per satu kilometer itu Rp 1,6 triluin, karena di atas dan harus menahan truk yang besar-besar supaya tidak ada kemacetan lagi orang yang keluar dari pelabuhan ke Pluit," tambahnya.

Raffi Ahmad langsung geleng-geleng kepala mendengar pengakuan Jusuf Hamka.

Ayah satu anak itu lantas beranggapan bahwa bisnis jalan tol tidak cepat balik modal.

"Jadi bayar tol itu wajib hukumnya, karena bikinnya saja mahal, jangan pikir tol mahal, ini juga balik modalnya lama ya pak?," tanya Raffi Ahmad.

Jusuf Hamka membenarkan pendapat dari Raffi Ahmad tersebut.

Selain itu, Jusuf Hamka juga menceritakan bisnis jalan tol yang 30 tahun belum balik modal.

"Lama 15 sampai 20 tahun kalau sudah balik modal saja sudah bagus, saya punya di Surabaya sudah 30 tahun belum balik modal," ujar Jusuf Hamka.

Raffi Ahmad berpendapat Jusuf Hamka merupakan sosok yang berpengaruh dalam hal pembuatan jal tol.

"Jadi kita harus berterimakasih sama keluarganya Pak Yusuf Hamka, karena beliau salah satu keluarga mendedikasikan karier dan bangunannya supaya bisa digunakan untuk umum," kata Raffi Ahmad.

Sosok Jusuf Hamka

Selain terkait kredit bank syariah, nama Jusuf Hamka menjadi sorotan usai mengemukakan niatnya untuk menjadikan 10 hektar tanah miliknya sebagai lokasi pemakaman jenazah pasien Covid-19.

“Saya punya tanah sebetulnya di Rorotan (Jakarta Utara) hampir 10 hektar. Saya bilang kan, saya harus adil, saudara-saudara kita umat Hindu, Kristen, Buddha, soal kremasi udah selesai,” kata Jusuf.

“Terus umat Islam dan umat lain yang mau dimakamkan, silakan pakai tanah saya,” sambungnya.

Pria yang akrab disapa Babah Alun ini turut berperan dalam memerangi percaloan kremasi untuk jenazah pasien Covid-19 di Jakarta.

Jusuf yang merupakan Dewan Pembina Krematorium Cilincing memerintahkan krematorium tersebut untuk menerima jenazah pasien Covid-19 dan memungut harga rendah untuk jasa kremasi, yakni Rp 7 juta.

Sebelumnya beredar berita tentang adanya calo jasa kremasi yang mematok harga hongra ratusan juta rupiah per jenazah pasien Covid-19.

Pengusaha sukses yang dermawan

Jusuf Hamka merupakan bos perusahaan jalan tol PT Citra Marga Nusaphala Persada.

Ia dikenal sebagai sosok pengusaha yang dermawan dan kerap membantu masyarakat yang kesusahan.

Pada tahun 2018, ia sempat menjadi sorotan karena menjual nasi kuning beserta lauk-pauknya dengan harga Rp 3.000 per porsi.

Nasi kuning tersebut dijual di sebuah tenda bernama Warung Nasi Kuning Podjok Halal.

Saat diwawancarai Kompas TV, Jusuf menjelaskan, usaha tersebut sudah dibuka sejak 6 Februari 2018, dengan sasaran fakir miskin dan duafa.

Usaha ini merupakan bentuk pengabdian dan rasa terima kasihnya kepada Tuhan, pungkasnya, dilansir dari Tribunnews.com.

"Mungkin secara matematika rugi, tetapi ini dagang yang paling untung. Karena harta yang kita sedekahkan ini adalah harta kita di akhirat nanti," ujar pria yang sudah memasuki usia kepala enam tersebut.

Lantaran harga yang murah dan laku keras, ia menjelaskan, konsep penjualan nasi kuning ini tidak mau mematikan usaha warung-warung sekitar.

"Kita harus beli dari mereka, harganya Rp 10-Rp 12.000," sambung Jusuf.

Caranya, Jusuf meminta penjual nasi kuning itu ikut menjaga di warungnya dan menerima uang sebesar Rp 3.000 setiap porsi dari pembeli. Setelah itu ia akan menyubsidi sisanya.

"Jadi sedekah kita berkah untuk mereka, tapi doa mereka berkah untuk kita, dua-duanya happy," ucap Jusuf saat diwawancarai terpisah di acara Hitam Putih, Trans 7.


Menjadi mualaf di bawah tuntunan Buya Hamka

Pria yang terlahir dengan nama Alun Joseph ini hidup sederhana sejak kecil. Bahkan, ia sempat berjualan es mambo di Masjid Istiqlal.

"Dulu saya hidup karena ditolong orang. Dari sedekah orang. Saya jual es mambo, temen saya dulu omzetnya misalnya Rp 100.000, saya pulang bisa bawa Rp 130.000. Karena apa? Orang tuh duit lebihannya 'udah ambil deh' mereka sedekah, kasih infak ke saya. Gitu."

"Pembeli saya dulu kebanyakan jemaah Masjid Istiqlal. Saya dagang di Istiqlal, belum jadi mualaf. Itu saya masih (usia) 10 tahun. Saya bilang, kok orang Islam baik-baik ya," katanya.
Kecintaannya terhadap Islam terus-menerus berlanjut.

Di bulan Maret 1981, akhirnya Alun Joseph memiliki sebuah niat besar untuk menjadi seorang mualaf.

Ia kemudian menemui seorang ulama besar Buya Hamka di Al Azhar Jakarta.

Awalnya, ia hanya berniat untuk bercerita akan ketertarikannya untuk masuk Islam dan belajar tentang Islam.

Tetapi, ia justru dipaksa masuk Islam oleh Buya Hamka detik itu juga. Alasannya, ulama tersebut takut berdosa.

"Saya bilang, saya mau nanya-nanya. Mau masuk Islam. Akhirnya disuruh Islam di situ secara langsung. Saya bilang, 'Kenapa maksa Buya?',"

"Terus kata dia, bukannya Buya maksa, tetapi kalau kamu pulang, terus kamu meninggal, itu kafir dosanya Buya yang tanggung," kata dia bercerita.

"Oh gitu, ya udah deh, Buya. Akhirnya langsung baca syahadat, 'Udah kamu Islam', udah," tuturnya.